Budidaya tanaman gaharu
sudah mulai dilakukan di beberapa tempat, dan menunjukkan prospek yang sangat
baik. Pengelolaan tanamannya tidak berbeda dengan tanaman lainnya.
Perawatan yang intensif dapat memacu pertumbuhan sehingga sudah bisa dilakukan
inokulasi pada tanaman usia 4 (empat) tahun.
SYARAT TUMBUH
Pohon penghasil gaharu tumbuh di daratan rendah,
lereng-lereng bukit sampai ketinggian 750 mdpl. Jenis tanah: podsolik merah
kuning, lempung berpasir, drainase sedang, baik tipe iklim A-B kelembaban 80%,
suhu udara 22-28 0C curah hujan 2000/4000 mm/tahun ph 4-7 intensitas
cahaya 40-50 %.
Pohon penghasil gubal gaharu ini dapat tumbuh areal yang cenderung lembab. Pada lahan
yang luas dan kosong jarak tanam 3 m x 5 m, 4 m x 4 m, 5 m x 5 m, penanaman dilakukan pada
musim hujan, media tanam berupa tanah dan kompos, setiap lubang di aplikasikan
1 kg kompos/lubang tanam.
PENANAMAN
Tanaman gaharu dapat juga di tanam sebagai tanaman sela (tumpang sari) dengan
tanaman yang telah tumbuh terlebih dahulu agar mendapat naungan dan tidak akan
mengganggu pertumbuhan tanaman pokok.
Pembuatan jarak tanam pada saat penanaman sangat bervariasi sesuai dengan pola yang akan dikembangkan. Pelebaran jarak tanam dapat dikompensasi dengan perawatan tanaman yang lebih intensif. jarak yang cukup lebar seperti 6 m x 2 m atau 3 m x 3 m memberikan kesempatan untuk mengkombinasi dengan tanaman pertanian sebelum terjadi penutupan tajuk. beberapa teknis yang dikenalkan bisa dengan monokultur atau dicampur dengan pohon pelindung.
Perawatan tanaman dengan
pemupukan bahan organik sangat disarankan. Pemupukan organik dan kimia diaplikasi 3 kali/tahun
Sehingga
pertumbuhan pohon bisa optimal dan menghasilkan performa batang yang baik.
Pemangkasan cabang dianjurkan dilakukan untuk memacu pertumbuhan vertikal pohon
sehingga diameter pohon dapat berkembang sesuai yang diharapkan dan
menghasilkan jaringan batang yang siap untuk dilakukan inokulasi.
ORGANISME PENGGANGGU TANAMAN DAN CARA PENGENDALIAN
Tanaman gaharu sama seperti tanaman budidaya lainnya mempunyai Organisme Pengganggu Tanaman (OPT) diantaranya hama dan penyakit.
a.
Hama
Ø Ulat Daun (Heortia vitesiodes)
Hama utama yang menyerang daun gaharu adalah berupa ulat daun yang
berwarna hijau sedikit kekuningan di bagian kepala dan ekor serta warna hitam
yang membentuk strip yang membentang dari ujung kepala sampai ekor. Akibat dari
serangan hama ini daun-daun akan menjadi rusak bahkan daun-daun habis dimakan
sehingga pohon dan ranting menjadi gundul dan meranggas. Berdasarkan hasil
identifikasi hama yang menyerang daun pada pohon penghasil gubal gaharu adalah Heortia vitessoides Moore (Sumber :
Pusat Penelitian dan Pengembangan Hutan dan Konservasi Departemen Kehutanan).
Cara pengendalian hama ini dapat menggunakan pengendalian secara
mekanik, kimia dan biologi, adapun pengendalian hama tanaman gaharu secara
mekanik dengan pengaturan jarak tanam yang tidak terlalu dekat, untuk tanaman
tumpang sari diusahakan untuk tidak menanam dengan tanaman yang berdekatan familinya
dan sanitasi lingkungan. Pengendalian secara biologi diantaranya menggunakan
bakteri (Bacillus thuringensis),
virus NPV, nematoda EPN dan jamur (Beauveria
bassiana, Metharizium sp.) serta semut rang-rang, sedangkan
secara kimia menggunakan racun kontak dan lambung untuk mengendalikan hama
jenis ulat dari Ordo Lepidoptera.
Ø
Ulat Penggulung
Hama lainnya yaitu ulat penggulung daun gaharu yang berwarna hijau
kekuningan, ada garis-garis hitam pada tubuh melintang, ngengat berwarna coklat
cream. Hama ini menyerang daun gaharu dengan cara menggulung daun. Adapun cara
pengendalian hama ini sama halnya pengendalian hama ulat daun.
Ø
Babi
Hama yang banyak menyerang tanaman gaharu adalah babi, hama ini menyerang
akar tanaman, sehingga baik tanaman yang masih muda maupun sudah berumur 1-3
tahun pun diserangnya. Pengendali hama ini dengan menggunakan perangkap
,pemagaran tanaman dengan menggunakan tanaman bulu babi serta pestisida.
Ø
Kutu Putih
Hama ini menyerang daun dan
batang pohon gaharu baik bibit maupun tanaman yang sudah ditanam, hama ini
menyerang dengan cara menghisap cairan pada pohon sehingga mengakibatkan daun
keriting, mengering sehingga tanaman yang diserang akan
menjadi kering dan mati. Pengendalian
hama ini dapat dikendalikan secara kimia, dengan menggunakan bahan aktif Alfametrin dan Alfa
sipermetrin. Pengendalian secara Biologi dapat dilakukan dengan menggunakan parasitoid, nematoda dan bakteri.
PASCA PANEN GAHARU
Bagian gaharu yang dipanen adalah
gubalnya. Selain itu serbuk gaharu sisa-sisa dari pengambilan gubal juga dapat
dimanfaatkan dengan cara disuling yang kemudian diambil minyak gaharunya. Ampas
dari serbuk gaharu pun dapat dimanfaatkan sebagai bahan makbul, dupa dan hio.
Adapun ciri-ciri pohon gaharu yang siap
dipanen adalah kondisi pohon gaharu 40 % secara kasat mata tampak merana/ sakit
ditandai dengan munculnya benjolan-benjilan pada bagian permukaan batang gaharu
yang disuntik/diinokulasi, daunnya mengalami keguguran, permukaan kulit gaharu
tampak kering.
Panen gaharu dilakukan dengan cara
menebang pohon gaharu yang dideteksi telah terbentuk gaharu. Kemudian memotongnnya
menjadi beberapa bagian gelondongan. Kemudian gelondongan tersebut dibersihkan
dengan cara mengikis dan mengambil bagian gaharu yang berwarna hitam yang
disebut gubal gaharu.
Bagian batang gaharu yang tidak
terbentuk gubal dapat dimanfaatkan sebagai bahan dasar pembuatan kerajinan
gaharu seperti tasbih gaharu, kalung gaharu, gelang gaharu dan kerajinan
lainnya. Selain itu bagian batang dan sisa-sisa serbuk gaharu tersebut juga
dapat dimanfaatkan dengan cara disuling untuk diambil minyak dan resinnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar