Selasa, 06 November 2012

teknik okulasi karet

TEKNIK OKULASI KARET




Okulasi merupakan salah satu cara perbanyakan tanaman yang dilkukan dengan menempelkan mata entres dari satu tanaman sejenis dengan tujuan mendapatkan sifat yang unggul.

Tabel 1. Teknik Okulasi dan Perbedaannya
Teknik Okulasi
Umur Batang Bawah

Dini

Hijau

Cokelat
2-3 bulan

4-6 bulan

8-18 bulan




  

Enam Tahapan Pelaksanaan Okulasi
1.   Kesiapan batang bawah
2.   Pembuatan jendela okulasi
3.   Penyiapan perisai mata okulasi
4.   Penempelan perisai mata okulasi
5.   Pembalutan
6.   Pemeriksaan hasil okulasi



1.   Kesiapan Batang Bawah
a. Lilit batang tanaman berkisar 5 -7 cm diukur pada ketinggian 5 cm dari permukaan tanah (photo3)
b.    Tunas ujung dalam keadaan tidur atau daun tua (photo 2)

2.   Pembuatan Jendela Okulasi
     Tahapan kegiatan pembuatan jendela okulasi

  • Batang bawah dibersihkan dari kotoran / tanah dengan menggunakan kain lap bersih (photo 4)
  • Batang bawah yang sudah bersih diiris vertikal (photo 6)
  • Irisan sejajar dibuat dua buah sebanyak 25 batang  dengan ukuran 5 – 10 cm dari permukaan tanah (photo 5)
  • Panjang irisan 5 – 7 cm (photo 9)
  • Lebar irisan 1/3 lilit batang (photo 8)
  • Buatlah potongan melintang di atas irisan vertikal tadi dan dibukakan sedikit ujungnya untuk bukaan dari atas dan dibawah irisan vertikal untuk bukaan dari bawah  (photo 8)
  • Penempelan mata dimulai dari batang pertama dan setelah selesai semua, dimulai lagi membuat irisan  sebanyak 25 batang, demikian seterusnya.

3. Pembuatan Perisai Mata Okulasi
                Tahapan kegiatan pembuatan perisai mata okulasi adalah sebagai berikut :
  • mata yang terbaik untuk calon perisai okulasi adalah mata yang berada di atas bekas ketiak daun  (photo1)
  • Perisai mata okulasi dibuat dengan mengiris kayu entres yang bermata baik, dengan ukuran lebar 1 cm dan panjang 5 – 7 cm (photo 2)
  • Untuk bukaan jendela okulasi dari atas maka posisi mata pada kayu entres menghadap keatas (photo 3)
  • Untuk bukaan dari bawah, posisi mata pada kayu entres menghadap ke bawah (photo 4)
  • Penyayatan perisai mata okulasi dilakukan dengan mengikutsertakan sedikit bagian kayu (photo 5 & 6 )
  • Lepaskan kulit dari kayu dengan hati – hati dengan cara menarik bagian kayunya perisai mata harus diusahakan tidak memar, dan bagian dalam kulitnya tidak terpegang atau terkena kotoran (photo 7 & 8)
  • Perisai mata okulasi yang baik adalah perisai mata  yang pada kulit bagian dalam ada titik putih yang menonjol (photo 9.a)
  • Apabila kulit bagian dalam berlubang berarti mata –nya tertinggal pada bagian kayu dan perisai ini tidak boleh ditempelkan pada batang bawah (photo 9.b)

  4.  Penempelan Perisai Mata Okulasi

       Penempelan perisai mata okulasi dilakukan pada batang bawah segera setelah jendela okulasi dibuka. Tahapan kegiatannya adalah sebagai berikut :
  • Setelah perisai mata okulasi disiapkan , secepatnya jendela okulasi dibuka dan perisai mata dimasukkan ke dalam jendela.
  • Jendela okulasi ditutup dengan cara menekan bagian ujung jendela, bersamaan dengan itu bagian ujung perisai yang dipegang dipotong dan dibuang.
  • Perisai mata okulasi diusahakan tidak bergerak agar tidak merusak mata.
  • Jendela okulasi yang sudah ditutup langsung dibalut.
  5. Pembalutan (lihat photo di halaman sebelah)
  • Ditujukan untuk menciptakan agar perisai mata okulasi benar – benar menempel ke batang bawah serta terlindung dari air dan kotoran
  • Bahan untuk pembalut adalah pita plastik okulasi.
  • Untuk bukaan dari bawah maka pembalutan dimulai dari bawah, demikian juga sebaliknya
  • Balutan dilakukan dua kali dan dilebihkan sekitar 2 cm di bagian atas dan bawah jendela okulasi.

  6.   Pembukaan dan Pemeriksaan Okulasi
  • Setelah okulasi berumur 2 – 3 minggu, maka balutan okulasi dapat dibuka untuk diperiksa keberhasilannya.
  • Balutan dibuka dengan cara mengiris plastik okulasi dari bawah keatas, tepat disamping jendela okulasi.
  • Selanjutnya jendela okulasi dibuka dengan cara memotong lidah jendela okulasi.
  • Keberhasilan okulasi dapat diketahui dengan cara membuat cungkilan pada perisai mata okulasi di luar matanya. Apabila cungkilan berwarna hijau berarti okulasi dinyatakan berhasil.
  • Okulasi yang berhasil ditandai dengan cara mengikatkan bekas potongan plastik okulasi pada bagian batang.
  

Pencabutan bibit hasil okulasi untuk dijadikan stum mata tidur dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu dengan menggunakan cangkul dan alat dongkrak bibit (pulling jack).







Jumat, 11 Mei 2012

Jual Bibit Gaharu


JUAL BIBIT GAHARU

Jenis : A. malaccensis dan A. Microcarpa
Tinggi : 30 - 100 cm
Media : Polybag
Ukuran Polybag : 10 x 15 cm
Harga : Rp. 5.500,-/btg (tinggi 30 - 50 cm)
             Rp 7.500,-/btg (tinggi 50 - 100 cm
Harga net prangko Bangka.
Kirim ke luar Bangka menggunakan truck minimal order 10.000 btg
Ongkos kirim tergantung tujuan
Contact Person: Ahmad Syarofi (081367041281), Hartono (085268423165)
Alamat: Desa Simpang Katis Kec. Simpangkatis Kab. Bangka Tengah

TEKNIK PENYEMAIN BENIH GAHARU

Teknik penyemaian ini bersifat relative, sehingga masih bisa menyesuaikan apabila ada cara lain. Mudah-mudahan bisa memberikan sedikit gambaran.

Sebelumnya:
o Buah dikering anginkan sampai pecah sendiri
o Biji dipisahkan

Kamis, 10 Mei 2012

PEMBIBITAN GAHARU


Di Indonesia diketahui ada 11 jenis tumbuhan yang menghasilkan gaharu 8 (delapan) diantaranya berasal dari suku Thymelaeceae. Selanjutnya dari delapan jenis tersebut, Karas (Aquilaria malacensis LAMK) dan Ramin (Gonystylus Becanus) merupakan penghasil gaharu terpenting. Walaupun demikian gaharu yang berasal dari Genera Aqualaria memiliki mutu yang sangat baik dan lebih tinggi nilainya dari Genera Gonystylus
Gaharu (Aquilaria) merupakan komoditi hutan yang sangat diminati oleh berbagai kalangan, gaharu yang dikenal dengan gubal gaharu berbentuk padat, berwarna coklat kehitaman sampai hitam berbau. Gubal gaharu mempunyai bau yang khas yang mempunyai nilai ekonomis tinggi, oleh sebab itu teknik budidaya gaharu yang baik dan benar sangat diperlukan untuk pengembangan serta peningkatan kesejahteraan masyarakat

Pengembangan tanaman tergantung dari ketersediaan benih dan bibit yang berkualitas sempurna dan dalam kuantitas yang cukup banyak. Sebagaimana umumnya untuk tanaman jenis kehutanan/tanaman keras lainnya, perbanyakan bibit gaharu dapat melalui berbagai cara diantaranya:
A. Generatif :
1.       Perbanyakan dengan biji.
2.       Cabutan : Anakan ( umur 1-3 bulan), Sapihan ( umur 4- 12 bulan ), Stump             (1-2 tahun).
3.       Putaran Umur ( 3-5 tahun)

















B. Vegetatif :
1.       Stek Pucuk/Batang
2.       Cangkok
3.     Kultur Jaringan 

BUDIDAYA GAHARU


Budidaya tanaman gaharu sudah mulai dilakukan di beberapa tempat, dan menunjukkan prospek yang sangat baik.  Pengelolaan tanamannya tidak berbeda dengan tanaman lainnya.  Perawatan yang intensif dapat memacu pertumbuhan sehingga sudah bisa dilakukan inokulasi pada tanaman usia 4 (empat) tahun.

SYARAT TUMBUH
Pohon penghasil gaharu tumbuh di daratan rendah, lereng-lereng bukit sampai ketinggian 750 mdpl. Jenis tanah: podsolik merah kuning, lempung berpasir, drainase sedang, baik tipe iklim A-B kelembaban 80%, suhu udara 22-28 0C curah hujan 2000/4000 mm/tahun ph 4-7 intensitas cahaya 40-50 %.


 PERSIAPAN LAHAN
Pohon penghasil gubal gaharu ini dapat tumbuh  areal yang cenderung lembab. Pada lahan yang luas dan kosong jarak tanam 3 m x 5 m, 4 m x 4 m, 5 m x 5 m, penanaman dilakukan pada musim hujan, media tanam berupa tanah dan kompos, setiap lubang di aplikasikan 1 kg kompos/lubang tanam.

 PENANAMAN
Tanaman gaharu dapat juga di tanam  sebagai tanaman sela (tumpang sari) dengan tanaman yang telah tumbuh terlebih dahulu agar mendapat naungan dan tidak akan mengganggu pertumbuhan tanaman pokok.

Pembuatan jarak tanam pada saat penanaman sangat bervariasi sesuai dengan pola yang akan dikembangkan. Pelebaran jarak tanam dapat dikompensasi dengan perawatan tanaman yang lebih intensif.  jarak yang cukup lebar seperti 6 m x 2 m atau 3 m x 3 m memberikan kesempatan untuk mengkombinasi dengan tanaman pertanian sebelum terjadi penutupan tajuk. beberapa teknis yang dikenalkan bisa dengan monokultur atau dicampur dengan pohon pelindung.


PEMELIHARAAN
Perawatan tanaman dengan pemupukan bahan organik sangat disarankan. Pemupukan organik dan kimia diaplikasi 3 kali/tahun Sehingga pertumbuhan pohon bisa optimal dan menghasilkan performa batang yang baik. Pemangkasan cabang dianjurkan dilakukan untuk memacu pertumbuhan vertikal pohon sehingga diameter pohon dapat berkembang sesuai yang diharapkan dan menghasilkan jaringan batang yang siap untuk dilakukan inokulasi.


ORGANISME PENGGANGGU TANAMAN DAN CARA PENGENDALIAN
Tanaman gaharu sama seperti tanaman budidaya lainnya mempunyai Organisme Pengganggu Tanaman (OPT) diantaranya hama dan penyakit.
a.                    Hama
Ø     Ulat Daun (Heortia vitesiodes)
Hama utama yang menyerang daun gaharu adalah berupa ulat daun yang berwarna hijau sedikit kekuningan di bagian kepala dan ekor serta warna hitam yang membentuk strip yang membentang dari ujung kepala sampai ekor. Akibat dari serangan hama ini daun-daun akan menjadi rusak bahkan daun-daun habis dimakan sehingga pohon dan ranting menjadi gundul dan meranggas. Berdasarkan hasil identifikasi hama yang menyerang daun pada pohon penghasil gubal gaharu adalah Heortia vitessoides Moore (Sumber : Pusat Penelitian dan Pengembangan Hutan dan Konservasi Departemen Kehutanan).
Cara pengendalian hama ini dapat menggunakan pengendalian secara mekanik, kimia dan biologi, adapun pengendalian hama tanaman gaharu secara mekanik dengan pengaturan jarak tanam yang tidak terlalu dekat, untuk tanaman tumpang sari diusahakan untuk tidak menanam dengan tanaman yang berdekatan familinya dan sanitasi lingkungan. Pengendalian secara biologi diantaranya menggunakan bakteri (Bacillus thuringensis), virus NPV, nematoda EPN dan jamur (Beauveria bassiana, Metharizium sp.) serta semut rang-rang, sedangkan secara kimia menggunakan racun kontak dan lambung untuk mengendalikan hama jenis ulat dari Ordo Lepidoptera.

Ø     Ulat Penggulung
Hama lainnya yaitu ulat penggulung daun gaharu yang berwarna hijau kekuningan, ada garis-garis hitam pada tubuh melintang, ngengat berwarna coklat cream. Hama ini menyerang daun gaharu dengan cara menggulung daun. Adapun cara pengendalian hama ini sama halnya pengendalian hama ulat daun.



Ø     Babi
Hama yang banyak menyerang tanaman gaharu adalah babi, hama ini menyerang akar tanaman, sehingga baik tanaman yang masih muda maupun sudah berumur 1-3 tahun pun diserangnya. Pengendali hama ini dengan menggunakan perangkap ,pemagaran tanaman dengan menggunakan tanaman bulu babi serta pestisida.

Ø     Kutu Putih
Hama ini menyerang daun dan batang pohon gaharu baik bibit maupun tanaman yang sudah ditanam, hama ini menyerang dengan cara menghisap cairan pada pohon sehingga mengakibatkan daun keriting, mengering sehingga tanaman yang diserang akan menjadi kering dan  mati. Pengendalian hama ini dapat dikendalikan secara kimia, dengan menggunakan bahan aktif Alfametrin dan Alfa sipermetrin. Pengendalian secara Biologi dapat dilakukan dengan menggunakan parasitoid, nematoda dan bakteri. 

PASCA PANEN GAHARU
Bagian gaharu yang dipanen adalah gubalnya. Selain itu serbuk gaharu sisa-sisa dari pengambilan gubal juga dapat dimanfaatkan dengan cara disuling yang kemudian diambil minyak gaharunya. Ampas dari serbuk gaharu pun dapat dimanfaatkan sebagai bahan makbul, dupa dan hio.
Adapun ciri-ciri pohon gaharu yang siap dipanen adalah kondisi pohon gaharu 40 % secara kasat mata tampak merana/ sakit ditandai dengan munculnya benjolan-benjilan pada bagian permukaan batang gaharu yang disuntik/diinokulasi, daunnya mengalami keguguran, permukaan kulit gaharu tampak kering.
Panen gaharu dilakukan dengan cara menebang pohon gaharu yang dideteksi telah terbentuk gaharu. Kemudian memotongnnya menjadi beberapa bagian gelondongan. Kemudian gelondongan tersebut dibersihkan dengan cara mengikis dan mengambil bagian gaharu yang berwarna hitam yang disebut gubal gaharu.
Bagian batang gaharu yang tidak terbentuk gubal dapat dimanfaatkan sebagai bahan dasar pembuatan kerajinan gaharu seperti tasbih gaharu, kalung gaharu, gelang gaharu dan kerajinan lainnya. Selain itu bagian batang dan sisa-sisa serbuk gaharu tersebut juga dapat dimanfaatkan dengan cara disuling untuk diambil minyak dan resinnya.